"Ini jaketnya Bima ketinggalan"
Tidak ada raut kehilangan dalam paras cantik dari seorang yang seharusnya berhati lembut.
"Bi', harus kemana langkahku ini menerpa jalan yang jauh didepannya banyak kerikil dan bebatuan?", Arya bertanya dengan mata yang tak kuat lagi menahan tumpahan air dari lubuk hatinya.
"Sabar mas Arya, apalagi yang dapat bibi lakukan untuk hal ihwal yang mas Arya temui sekarang.", bibi membantu menenangkan Arya yang kala itu lemas dan berurai air mata.
Rumah itu ramai dengan hiruk pikuk 2 bocah (kakak-beradik) yang selalu berteriak-teriak memanggil nama Mama. Terlihat sepasang merpati sedang melolohi anaknya yang berada dalam jerami, karena sang anak masih belum mampu terbang tinggi untuk mencari makanannya sendiri. Sesekali mereka pergi untuk sekedar makan malam atau memamerkan sedikit dari hiburan yang disajikan kota ini kepada sang anak.
Malam ini terlalu larut untuk perbincangan yang kencang. Anak-anak sudah tertidur pulas, karena seharian menikmati dunia mereka yang seakan tak habis dengan gigi kuat mereka yang tersenyum bahkan tertawa. Kaki-kaki mereka yang lelah, karena harus mengejar satu sama lain agar mendapatkan cerita yang akan mereka bawa kelak ketika sudah besar. Iya, sebuah memori masa kecil yang tak akan pernah habis nantinya untuk diceritakan.
Tangan lembut itu menggenggam gadget dengan layar sentuh berwarna putih, kelihatannya tangan itu lihai memainkan jari-jemari untuk menggabungkan huruf dari tuts layar sentuh. Lentiknya permainan ini, dibawa anggun oleh sang ratu dalam kerajaan rumah tangga. "Selamat malam sayang, I love u. semoga kamu yang disana sedang dalam keadaan merindu, seperti aku disini yang selalu menunggu kecupan manismu..mmmuuach". Begitu kata ini terangkai indah dalam bingkai selebar kurang lebih 3"inc.