Belajar dari kisah : Nenek, Dedaunan, dan Keihlasan

Ikhlas, sesuatu hal yang mudah diucapkan namun akan sulit untuk dijalankan kalau tanpa rasa ikhlas. Nah loh, mau bahas ikhlas tapi harus ikhlas untuk membahasnya. Bingung  dengan cara ikhlas ?

Mungkin tidak untuk seorang nenek tua yang mengajarkan keihlasan setelah ia tiada. Seberapa jauh kita letakkan ikhlas, agar bisa disebut ikhlas. Amal sedikit/banyak yang penting ikhlas, toh nanti saksinya adalah amal itu sendiri. ALLAH yang menentukan semuanya, jadi kita tidak boleh menjudge amal itu akan diterima atau tidak. 

credit

Seperti kisah nenek penjual bunga, yang tinggal di sebuah kota yang terik yaitu Madura. Hal yang sering dilakukan oleh nenek ini adalah berjalan kaki menyusuri lorong kota dan membelokkan badannya menuju sebuah masjid. Ritual inilah yang menemani nenek sepanjang lelah usai berjualan. 

Diambillah air wudhu dan ditunaikannya shalat Dzuhur. Selepas sang nenek melakukan kewajibannya, maka ia beranjak keluar masjid sembari membungkuk-bungkukkan badannya. Mengambil lembar demi lembar daun yang ada dihalaman masjid, tanpa tercecer sedikitpun. 

Dari hari ke hari, nenek itu terus melakukan hal yang serupa sebuah ritual setelah dia pulang dari berjualan. Karena banyak orang yang iba melihat nenek tua memunguti daun itu dibawah terik matahari. Akhirnya sang takmir masjid menyapu halaman hingga bersih, sebelum nenek itu datang.

Hari itu, nenek kembali melakukan shalat dhuhur di masjid. Seperti hari hari sebelumnya, tetapi dia tertegun ketika melihat halaman masjid sudah bersih dan tidak ada ceceran daun-daun. Masuklah kemasjid dan nenek itu menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa sudah tidak ada dedaunan di depan masjid, dan kenapa sudah dibersihkan oleh orang lain. Selanjutnya orang-orang menjelaskan, karena mereka kasihan jika nenek tersebut setiap hari membersihkan. "Jika kalian kesihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya". Dan akhirnya dibiarkanlah nenek itu untuk melakukan hal yang biasa dia kerjakan selepas dhuhur. 

Kemudian diminta seorang Kiai terhormat untuk menanyakan kepada sang Nenek. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat : pertama, hanya kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. 

Sekarang dia sudah meninggal dunia, dan Anda sudah dapat mendengarkan rahasia itu.

"Saya ini perempuan bodoh, pak kiai", tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Nabi Muhammad SAW. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Rasulullah menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya. 

Sekarang kita jadi semakin paham, apa itu arti IKHLAS. Dengan senyum lebar dan mata berkaca-kaca semoga ini menjadi pelajaran besar untuk kita semua.

cerita inspiratif ini saya ambil dari majalah kampus GARNISH dai UKI JASHTIS. Lebih lanjut blogger bisa berkunjung ke sini

Blogger juga bisa baca ceritanya disini dari blog http://muslimsejati.com